Peduli Anak Disabilitas, Bahagia dengan Cara Bersyukur

# Claudia Wirahadi Wakili Sumsel pada Final Miss Grand Indonesia 2019

 

 

PALEMBANG, SIMBUR – Miss Grand Sumatera Selatan 2019, Claudia Sekar Ayu Wirahadi SSn atau akrab disapa Claudia Wirahadi. Gadis kelahiran Palembang, 25 Februari 1995 ini akan menjadi wakil Sumsel pada ajang Miss Grand Indonesia 2019 yang akan berlangsung pada Agustus mendatang.

“Saya Claudia Wirahadi (24) sebagai perwakilan Sumsel pada ajang Miss Grand Indonesia 2019. Motivasi ikut ajang ini, saya ingin mengajarkan masyarakat  Indonesia bahwa banyak anak yang tidak sempurna. Agar bisa lebih melihat ke bawah, bukan hanya melihat ke atas untuk cara bersyukur,” ungkap Claudia, dikonfirmasi setelah konferensi pers di hotel Amaris Palembang, Rabu (24/7).

Faktor lain yang memotivasinya, menurut Claudia, setelah bertemu dengan anak penyandang disabilitas. “Dia down syndrome. Pertama kali saya datang, lalu dia menghubungi saya lagi. Saya bersyukur banget karena anak-anak yang kurang saja bisa bersyukur. Mereka yang kekurangan saja bisa bahagia dengan cara yang sesimpel itu. Jadi, saya mau mensosialisasikan masyarakat melakukan kebaikan dan lebih peduli lagi kepada mereka yang kekurangan,” ungkap perempuan dengan tinggi badan 175 cm dan berat badan 55 kg itu.

Claudia mengaku, orang tuanya pernah dinas di Palembang selama 2,5 tahun. Ditanya mengapa bisa terpilih sebagai wakil Sumsel, jawabnya karena Claudia lahir di Palembang. Dijelaskan Claudia, sebenarnya dia sudah ingin jadi model sejak kecil karena postur tubuh yang tinggi tapi orang tuanya dulu tidak mendukung karena dianggap susah meniti karier jangka panjang. ”Sejak dekat-dekat akhir kuliah dan terpilih, saya melakukan pendekatan kepada orang tua dan akhirnya bisa (jadi model),” terang alumnus S1 Jurusan Desain Interior Universitas Maranatha Bandung angkatan 13 yang lulus tahun 2015 itu.

Berdasarkan penuturannya, Claudia sendiri tidak tahu bisa mewakili Sumsel dalam audisi nasional tersebut. “Setelah empat kali audisi saya dikabari terpilih. Audisinya nasional, tapi ramai-ramai. Seluruh (kontestan) Indonesia audisinya di sana. Yang ada audisi provinsi cuma empat. Sisanya itu dijadikan satu. Tidak semua provinsi mengadakan (audisi Miss Grand Indonesia),” jelasnya.

Lantas, apa yang diharapkannya dari ajang tersebut? Claudia menjawabnya dengan sederhana. “Saya mewakili provinsi, nanti final memperebutkan predikat nasional. Kalau nasional bisa mewakili Indonesia untuk ke internasional di Venezeula. Kalau Miss Grand sendiri yang punya Thailand. Kalau internasional di Venezeula,” ungkapnya seraya menambahkan, start 18 Agustus semua kontestan Miss Grand Indonesia 2019 wajib menginap. “Dikarantina sampai final, saya belum tahu,” paparnya yang mengaku tengah menekuni bisnis, franchise chiken dan salon di kota Bandung.

Sejauh mana dukungan persiapannya, Claudia mengatakan bahwa dirinya sudah melakukan sosialisasi. “Ke pemerintah sudah, Gubernur Sumsel sudah, dinas kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sudah, bahkan ke Disbudpar Sumsel,” tegasnya.

Masih kata Claudia, surat dukungan pemerintah pusat sudah keluar. “Kalau masalah yang lain paling diundang jika ada acara apa. Paling juga diingatkan termasuk pakaian yang membawa tokoh Sumsel agar mencari tahu dulu. Jangan sampai salah, keluar  dan menyinggung yang lain,” ujarnya sembari menambahkan, soal bantuan materil dari pemerintah boleh dibilang susah. “Kalau materil susah. Bikin anggaran tidak mudah. Saya mengerti. Lebih penting sekali kalau saya sosialisasi dulu,” imbuhnya.

Dirinya menambahkan, untuk nasional costum andalan, desainernya di Jawa. Namanya Sentra Costum. “Konsepnya dari baju adat Palembang tapi dimodifikasi dibikin karnaval. Terinspirasi dari pakaian adat wanita Palembang,” ungkapnya.

Diketahui, Claudia mewakili Indonesia pernah berhasil masuk sebagai finalis Miss Tourism World Intercontinental 2019 di Cina. “Saya sebelumnya  ikut Miss Tourism World Intercontinental. Itu sudah wakil Indonesia  ke Cina. Ini beda lomba. Banyak banget kontes pageant,” lanjut dia seraya menambahkan, kalau dari Indonesia ke international, tapi Miss grand mulai dari provinsi dulu. “Yang penting agar masyarakat (Sumsel) lebih tahu (dengan Claudia),” tandasnya.

Dia memiliki prestasi bidang fotografi dan pernah meraih juara 1 tingkat provinsi dan juara 3 di tingkat kota. Rutin traveling dan berolahraga gym, diving dan patsry sehinga berhasil mendapatkan lisensi. Dia berniat melanjutkan studi ke negeri Kanguru setelah ajang ini. “Tidak menghentikan karier di bidang kuliner, properti dan salon kecantikan,” harapnya.

Di tempat yang sama, Yari, general director manajemen Claudia mengatakan pihaknya sangat tertarik dengan program-program tersebut.  “Inilah daya tantang dari Claudia (untuk saya), kepedulian terhadap anak-anak penderita down syndrome. Kepedulian bukan hanya drama, stop bullying dan kekerasan. Itu ketertarikan saya men-direct Claudia karena memang sudah jalan. Bukan basa-basi dan pencitraan tapi harus ada sentuhan secara langsung,” tegasnya.

Strategi yang dilakukan, tambah Yari, dari segi fisik harus dilihat, stamina harus bagus. Dari mental juga jangan sampai drop. “Jangan hanya dari fisik tapi kalau mentalnya tidak bagus percuma meskipun perempuan Indonesia, di depannya miss bukan sekadar puteri,” ujarnya seraya menambahkan, jika menang di internasional maka akan membawa harum Indonesia. “Kalau menang untuk ajang nasional bisa mengharumkan nama Sumsel,” harapnya.

Yari mengungkapkan, sempat kebingungan karena merasa bukan orang Sumsel. “Saya tertarik dengan percampuran budaya di Sumatera. Kalau di-combine, dilihat party to party, di Sumatera itu ada Cinanya, ada Thailand-nya, kompleks banget. Jadi memang seperti itu,” terangnya.

Yari bersyukur akhirnya Claudia terpilih menjadi wakil Sumsel. Dia bersama teman-teman di sini kebetulan mau support pariwisata Sumsel. “Kami support di pakaian (fashion). Bukan dari sisi pakaian saja, tapi ada identity-nya. Tidak sembarang juga mengeluarkan item untuk fashion,” imbuhnya lirih.

Terkait pendanaan, memang sangat menjadi kendala bagi mereka. Kalau di pemerintahan strukturnya agak banyak apalagi belum masuk agenda tahunan. “Kami maklumi. Yang penting kami datang dan mengemban tugas mewakili Sumsel. Bukan hanya perwakilan tapi juga mengenal orang-orang di sini. Artinya, kami sudah sowan. Tidak bergantung kepada instansi terkait, yang penting masyarakat Palembang men-support,” ungkapnya.

Selanjutnya, national costum benar-benar busana daerah. Kalau sekarang konsep karnaval. Yang diusung konsep adat Palembang bersama tiga desainer palembang. “Saya tidak mau itemnya yang tidak ada sentuhan daerahnya. Ikon yang terkuat di Sumsel adalah Palembang,” tegasnya sembari menambahkan, di daerah sendiri tidak mengadakan karena bikin acara tidak mudah.

“Kami ingin bikin next event di Palembang bersama orang-orang yang berkaitan. Seperti pemilihan Bujang Gadis itu diatur dari awal agar kategorinya bisa masuk. Bukan hanya ajangnya ada, tapi tidak dipakai ke mana-mana. Jangan sampai ajang provinsi tapi juga nasionalnya tidak sampai. Dari semua provinsi di Indonesia kayaknya agak susah mencari bibit-bibit. Dari setiap provinsi belum tentu bisa ada. Terutama dari daerah Indonesa bagian timur. Selain karena daerahnya jauh juga belum mengerti konsep pageant,” tukasnya.

Yari mengungkapkan, dia pulang dari Jerman ke Indonesia tahun 2011 dan jadi makeup artis. Menurut dia, perempuan sekarang bukan lagi bukan sekadar ibu rumah tangga. Perempuan sekarang harus bisa berkarya. Banyak perempuan jadi kepala negara, pimpinan instansi dan perusahaan. “Bukan hanya menggunakan kecantikan tapi otaknya itu dituntut untuk berpikir,” imbaunya, lalu mengatakan, sosialisasi ajang tersebut baru sebatas di instagram. “Masih di situ aja. Saat masuk ajang Miss Grand Indonesia namanya akan muncul juga. Jadi orang-orang Sumsel akan membantu meningkatkan voting,” harapnya.

Terkait penjurian, Yari sendiri tidak bisa memprediksi karena juri kerap berganti. Kalau dulu temanya anak kecil sering dibuli, tambahnya, sekarang mulai berganti. Bukan harus dibahas lagi tapi harus dilakukan jadi tindakan.  Apa lagi yang akan jadi bahasan baru lagi.

Bagaimanapun juri akan mempertanggungjawabkan sebagai juri. Secara fisik jurinya siapa, kontestan akan kami arahkan menyerupai selera mereka. “Kalau juri kan bukan mencari yang bagus, tapi mencari yang paling banyak kesalahan terus dicoret sampai nilai terendah,” selorohnya.

Saat Miss Intercontinetal belum dapat predikat tapi penilaiannya bagus. Tujuan ajang ini membunuh imej event-event hanya dimenangkan di Pulau Jawa. Nama-nama daerah akan mulai terangkat karena syarat pageant itu, kontestan tinggal dan besar di provinsi tersebut. Bisa saja kontestan lahir di daerah tersebut, bekerja di daerah tersebut. Tidak satu paket harus lahir, besar dan tinggal di provinsi itu.

Dikonfirmasi terpisah, Kadisbupar Sumsel Aufa Syahrizal Syarkomi SP MSc mengatakan, pihaknya sangat men-support keikutsertaan Claudia dalam ajang itu. “Selain duta wisata dia juga menjadi duta budaya. Kalaupun dia berhasil nanti akan  mengharumkan nama daerah Sumsel,” kata dia.

Aufa berharap ajang putri Grand ini akan mendapat predikat. Dengan keberhasilan Claudia, secara tidak langsung akan mengangkat nama Sumsel. “Kami punya program pemilihan Putra-Putri Sriwijaya. Itu kan salah satu program pageant. Di mana program tersebut merupakan tindak lanjut dari Bujang-Gadis di Sumsel. Siapa yang memenangkan Putra-Putri Sriwijaya akan mengikuti ajang yang lebih tinggi lagi di tingkat nasional,” umbarnya.

Ditekankan,  pihaknya sudah memprogramkan itu sejauh ini. Tapi ajang event putri grand tidak melalui ajang seleksi seperti Putra-Putri Sriwijaya. “Bisa saja dari online atau apa. Walaupun bagaimana karena membawa nama Sumsel harus tetap di-support,” katanya.

Dirumuskan Aufa, pemilihan puteri mengedepankan 3B, brain (intelektual), behavior (perilaku, attitude) dan beauty (kecantikan). Mereka yang sudah mewakili, kepribadiannya harus bagus. “Sesuai dengan karakter dan mengedepankan Sumsel yang terkenal dengan ramah tamahnya, kepribadiannya, dan keragaman budanya. Tidak hanya mengandalkan kecantikan saja,” imbuhnya.

Diketahui, Miss Grand Indonesia (disingkat MGI) adalah kontes kecantikan 2018 yang digelar Yayasan Dharma Gantari. Pemenang kontes ini akan mewakili Indonesia pada Miss Grand Internasional yang diselenggarakan untuk pertama kalinya pada 2013 di Thailand. Lisensi untuk Indonesia saat itu dimiliki Yayasan Puteri Indonesia. Tahun 2014, lisensi diambil El Jhon Pageants yang membawahi kontes Puteri Pariwisata Indonesia dan Miss Earth Indonesia  sehingga dapat mewakili Indonesia pada penyelenggaraannya tahun 2015. Pada 2016-2-17, lisensi kembali dipegang YPI.

Selanjutnya, Nawat Issaragrisil, Presiden Organisasi Miss Grand International mengumumkan penyelenggaraan kontes baru yang berdiri sendiri, yaitu Miss Grand Indonesia, bekerja sama dengan Yayasan Dharma Gantari dan Kementerian Pariwisata Indonesia pada 2018. Nawat menunjuk Dikna Faradiba sebagai direktur nasional. Dikna  diketahui pemenang Putri Pariwisata Indonesia 2015 dan mewakili Indonesia pada Miss Tourism International 2016 yang meraih posisi Runner-up 4 (Miss Southeast Asia Tourism Ambassadress 2016/2017).(maz)