Banyak Warga Tionghoa Belum Sejahtera, PSMTI Dorong Bahasa Mandarin Masuk Kurikulum

PALEMBANG, SIMBUR – Budaya merupakan gerbang ekonomi dunia. Salah satu unsur budaya adalah bahasa. Karena itu, upaya meningkatkan kesejahteraan warga Tionghoa di Indonesia dapat dilakukan dengan cara mendorong masyarakat menguasai bahasa Mandarin.

Kurmin Halim, ketua demisioner Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Sumatera Selatan mengatakan,  masih banyak warga Tionghoa keturunan yang secara ekonomi hidupnya belum sejahtera. “Kalau dilihat di kota, rata-rata masyarakat Tionghoa ekonominya sudah baik. Tapi kalau dilihat sedikit ke pinggiran, Km7 ke dalam, masih banyak warga Tionghoa yang bercocok tanam dan memelihara ternak. Kemudian sedikit sekali mereka (warga Tionghoa) yang mendapat bantuan hukum apabila mereka mengalami kesulitan. Itu yang menjadi pandangan kami ke depan,” ungkap Kurmin, dikonfirmasi usai Malam Apresiasi PSMTI Sumsel 2015-2019 di hotel ALTS, Jl Rajawali, Palembang, Jumat (29/11).

Menyikapi itu, Kurmin sudah menyampaikan kepada pengurus PSMTI Sumsel terpilih agar dapat mengadakan les bahasa Mandarin secara gratis setiap hari. “Tidak hanya bagi warga Tionghoa tapi juga seluruh masyarakat yg ingin belajar bahasa Mandarin. Tidak dipungut biaya dan dapat disalurkan, dapat beasiswa ke Cina. Periode ini kami sudah mengirim enam orang belajar ke Cina,” terangnya.

Bahasa Mandarin, lanjut Kurmin, bukan hanya milik orang Tionghoa tapi juga orang Indonesia. Orang bule pun, menurut dia, sudah fasih berbahasa Mandarin. “Karena dua bahasa di dunia yang jadi pegangan adalah bahasa Inggris dan Mandarin,” ungkap Kurmin.

Selama dua periode menakhodai PSMTI Sumsel, Kurmin menegaskan bahwa kepengurusannya telah berjalan dengan baik. “PSMTI suatu keluarga besar kami. Kami merasa harus menyatu dengan paguyuban yang ada di Palembang,” ungkapnya seraya menambahkan, selama delapan tahun, pihaknya fokus melakukan kegiatan sosial dan tidak berpolitik praktis,” tegasnya.

Dijelaskannya pula, pihaknya berhasil mengumpulkan 545 kantong darah. Bicara masalah misi kemanusiaan, bagi saya tiada henti untuk berbuat baik, kapan saja bisa dilakukan. Selama dua peiode  atau delapan tahun sudah banyak yang kami lakukan tapi masih banyak target-target kami ke depan,” terangnya sembari menegaskan bahwa saldo kas di bawah kepengurusannya mencapai Rp1,6 miliar.

Masih kata dia, paguyuban yang baik harus bisa berkolaborasi dengan yang lain. Kolaborasi dengan paguyuban lain harus ditingkatkan bila perlu setiap bulan. Dengan begitu, zero conflict yang dicanangkan di Sumsel tetap dapat dipertahankan. “Selama 29 tahun kami menikmati alam demokrasi. Memang benar Sumsel  zero conflict,” tegas Kurmin yang menyimpulkan, menjadi ketua PSMTI Sumsel memang kehormatan yang luar biasa bagi dirinya.

Di tempat yang sama, Feng Suyoto mewakili ketua PSMTI pusat memberikan dukungan PSMTI Sumsel untuk meningkatkan bahasa Mandarin. Menurut Feng, upaya itu sebagai salah satu misi memantapkan jati diri mereka sebagai orang Tionghoa. “PSMTI se-Indonesia kami dorong untuk mengembangkan bahasa Mandarin. Karena dunia sudah mengakui. Bahasa kedua dunia adalah bahasa Mandarin selain bahasa Inggris. Ini untuk kepentingan Indonesia sendiri. Bukan hanya budaya tapi (bahasa Mandarin) ini ekonomi besar di dunia. Kami harus menangkap oportunity itu. Kami berharap bahasa Mandarin masuk kurikulum sekolah negeri seperti bahasa Inggris,” ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakannya,
PMSTI pusat mengapresiasi apa yang telah dicapai PSMTI Sumsel. Menurut dia, dari 31 provinsi di Indonesia, PSMTI Sumsel merupakan salah satu yang terbaik. “Pengabdian pengurus untuk warga Tionghoa dan NKRI bukan hanya (sebatas) periode tapi untuk selamanya,” jelasnya kepada pengurus PSMTI Sumsel yang menerima penghargaan pada malam apresiasi.

Feng menegaskan, PSMTI mempunyai visi dan misi membangun negara adil dan makmur. Reformasi membuat budaya sebagai panglima. Semua budaya tidak mengajarkan kejahatan. Semua budaya mengandung kebaikan dan nilai luhur. “Misi mempertahankan tempat di mana kami berdomisili, bagaimana orang Tionghoa bisa mengabdi terhadap NKRI,” ungkapnya.

Feng menambahkan, Indonesia dikenal dengan banyak budaya. Ada ratusan etnis dan bahasa. Menurutnya ini adalah suatu keunikan yang luar biasa di Indonesia. “Harus dijadikan kekuatan, bukan pemecah belah. Tidak hanya melihat perbedaan dalam budaya. Namun nilai-nilai luhur yang diajarkan dalam setiap budaya lebih banyak persamaan dari perbedaannya. Kesamaan itu yang seharusnya ditonjolkan agar dapat hidup damai, hilangkan perbedaan untuk membangun negeri ini,” imbaunya.

Ditegaskannya lagi, negara Indonesia sedang mengembangkan SDM. Salah satunya, lanjut Feng, mengembangkan budaya dan perilaku. “Mencintai negara dan rasa nasionalisme yang tinggi menjadi satu upaya pengembangan SDM. Bagaimana memantapkan lagi ideologi Pancasila. Sebagai misi PSMTI dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, kami mendukung semua program pemerintah,” tutupnya. (maz)